🐼 Katakan Kebenaran Sekalipun Itu Pahit

PISSKTB Islamuna 👉 Download! 3991. HADITS KATAKAN KEBENARAN WALAU TERASA PAHIT. Assalamu alaikum. Para jajaran ustad yang saya hormati. Langsung saja. Saya ditanya oleh teman saya perihal status hadits dan cara penerapannya. "QULIL HAQQA WALAU KANA MURRON". Dan saya tidak begitu paham, saya mohon para masyayih untuk menguraikannya. SyaikhMuhammad bin Sholih Al 'Utsaimin memberikan contoh mengenai hadits "Berkata yang benar walaupun pahit" yaitu dalam hal orang awam yang biasa berkomentar sinis atau tidak suka terhadap ajaran Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau membawakan tiga contoh ketika menjelaskan hadits dalam Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi. Contoh pertama: Jakarta- Dwi Estiningsih dilaporkan ke polisi karena menyebut 5 pahlawan nasional di mata uang rupiah baru sebagai kafir. Dwi mengatakan dia menyampaikan kebenaran sekalipun itu pahit. Pernyataan tersebut disampaikan Dwi lewat akun Facebook-nya, seperti dilihat detikcom, Sabtu (24/12/2016). Dwi merespons ramainya netizen yang membicarakan soal dirinya, terlebih pihak yang melaporkannya ke polisi NABIS.A.W mengingatkan: قل الحق ولو كان مرا "Katakan yang benar, sekalipun pahit." Ada beberapa perkataan di sini. Yang pertama قل: "Katakan". Manusia ada lidah. Dengannya, ia berkata yang baik, yang buruk, dan lain-lain. Nabi sebut kepada Muaz bin Jabal: وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ عَلَى وُجُوهِهِمْ -أَوْ قَالَ عَلَى KATAKANKEBENARAN ITU WALAU PAHIT. Wasiat Rasululah ﷺ kepada Abu Dzaar Al-Ghifari ﷺ kepada Abu Dzaar Al-Ghifari Katakanyang benar meskipun pahit didengar orang. Meskipun berawal dari opini di mingguan Warta Karya, namun inspirasi awalnya kata-kata itu adalah hadits Rasulullah SAW., yang artinya; "Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit". KapanlagiPlus - Kebohongan berarti menyembunyikan suatu kebenaran. Oleh karena itu, kebohongan bisa jadi satu hal yang paling dibenci di kehidupan ini. Apapun alasannya, pada akhirnya kebohongan hanya akan menyisakan luka. Kata-kata mutiara tentang kebohongan akan menunjukkan betapa pahit dan menyakitkannya dibohongi seseorang. Untukitu marilah kita simak beberapa contoh pidato tentang kejujuran Adapu hadisnya yaitu: قُلِ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا "Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit". Haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam "Syu'abul Iman" (no. 4737) dari jalan Abdul Malik Ibnu Juraij dari 'Athoo' dari Namun sifat seperti itu pun bukan berarti mustahil untuk dimiliki di jaman sekarang. Bahkan bila ada yang memiliki sifat seperti di jaman sekarang, nilainya jauh lebih tinggi dari para sahabat Rasul. Indah sekali ungkapan Rasulullah saw. lima belas abad yang lampau: "ada kaum yang akan datang sesudah kalian (para sahabat r.a.). KatakanKebenaran, Walaupun Pahit ! SHARE: 8 0 Samaranji Kamis, 13 Januari 2011 Edit this post (Sebuah Kritik Terhadap Metode Dakwah Para Da'i) Alhamdulillah segala puji bagi Allah, sholawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW. PilPahit Kebenaran . Kebenaran memang seperti jamu atau obat, meski pahit ia lebih dekat pada kesembuhan. Katakan yang benar walaupun itu pahit. Tiba-tiba saja hadis sahih yang merupakan wasiat Rasulullah SAW kepada Abu Dzar itu bergema di hati saya saat membaca hasil investigasi sebuah media massa tentang penyakit mulut dan kuku (PMK Katakankebenaran sekalipun itu PAHIT Riau, Indonesia 173 koneksi. Gabung untuk terhubung PT. Timas Suplindo. Laporkan profil ini Tentang Keahlian : Maintenance construction Warehouse & Logistic Rig Maintenance. Aktivitas Terima kasih atas atensi Bapak n Ibu semua terhadap job vacancy dari perusahaan yang telah kami posting. P4sgo. BEKASI – Seseorang yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir, ia akan senantiasa menjaga lisannya sehingga ia tidak akan mengucapkan ucapan atau perkataan apapun kecuali yang baik dan yang benar. Ia meyakini bahwasanya Allah swt adalah Dzat Yang Maha Mendengar dan Yang Maha Mengetahui, sehingga setiap ucapan apapun yang diucapkan, dapat diketahui-Nya bahkan dicatat oleh para malaikat utusan-Nya. Allah swt berfirman, “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” QS. Qaff18 Nabi Muhammad saw dikenal dengan sebutan “Al-Amin” karena kejujurannya. Beliau dikenal sangat jujur, tidak pernah menipu siapapun, tidak pernah mengurangi takaran ataupun timbangan, juga tidak pernah memberikan sumpah palsu serta janji-janji belaka. Oleh sebab itu, Allah swt memberikan kecaman kepada seseorang yang mengatakan sesuatu lalu ia tidak memenuhinya, “Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” QS. As-Shaff 2-3 Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa ayat ini merupakan pengingkaran Allah terhadap seseorang yang mengatakan sesesuatu dan tidak melaksanakannya. Imam Qatadah berkata, “ayat ini mewajibkan semua orang yang telah mewajibkan dirinya mengerjakan sebuah amalan ketaatan, bahwa dia harus memenuhi hal itu.” Nabi Muhammad saw juga pernah memberikan sebuah nasihat kepada salah seorang sahabat yang mulia yaitu Abu Dzarr. Beliau bersabda, “Katakan yang benar sekalipun itu pahit.”HR. Imam Baihaqi. Beliau shallalllahu ailihi wa sallam ingin memberikan pesan agar ini dijadikan sebuah prinsip dan pedoman hidup bahwasanya kebenaran tetaplah kebenaran yang harus diterapkan meskipun mendapatkan celaan, hinaan, atau bahkan kecaman. Prinsip inilah yang dipertahankan oleh Imam Ahmad bin Hanbal bin Hilal ketika terjadi sebuah fitnah besar Khalqul Quran. Penguasa Abbasiyah yaitu khalifah Al-Ma’mun memiliki pandangan bahwa Al-Quran adalah makhluk. Sang Imam menolak untuk sefaham dengan penguasa. Menurut beliau, Al-Quran adalah kalamullah bukanlah makhluk yang akan selalu terpelihara keaslian dan keontentikannya seperti yang dijanjikan oleh Allah swt dalam surat Al-Hijr ayat 8, Allah swt berfirman“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” Karena hal inilah beliau disiksa dan dimasukkan ke dalam penjara. * dai 19/11/2020 Hikmah Katakanlah kebenaran walaupun itu terasa pahit. Ini adalah salah satu sabda Rasulullah untuk motivasi bagi seseorang dalam mengatakan kebenaran. Bukan kebenaran itu pahit, tetapi kadang dalam menyampaikan kebenaran akan banyak kendala. Bukan pula kebenaran berarti diutarakan dengan cara pahit alias dengan kata-kata jelek dan cacian. Kebaikan tentu harus disampaikan dengan cara baik. Begitu pula dengan kebenaran harus disampaikan dengan cara yang benar. Tujuan tidak boleh menghalalkan segala cara. Bukan dengan menyampaikan kebenaran, berarti dibolehkan untuk melanggar kebenaran. Pegangan katakanlah kebenaran walaupun terasa pahit bukan dalam pengertian bahwa kebenaran boleh disampaikan dengan cara yang pahit. Terkadang pengertian pahit diartikan dengan kata-kata kasar dan caci maki. Dengan dalih hadist itu lantas seorang da’i dengan semangat tidak terkontrol justru jatuh dalam provokasi. Mari kita simak secara lengkap hadist di atas. Ada dua redaksi berbeda dalam menukil hadist tersebut. Inti hadist ini berbicara tentang akhlak berdakwah. Abu Dzar berkata Tambahkanlah wasiat wahai Rasulullah. Rasulullah bersabda Katakanlah yang benar walaupun kebenaran itu pahit. HR Ahmad, At-Tabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Al- Hakim mengatakan sanadanya shohih. Lalu, bagaimana menjelaskan hadist di atas? Perintah mengatakan kebenaran yang terasa pahit itu bukan pada esensi kebenarannya yang pahit, tetapi kondisi seseorang yang menyampaikan dan yang disampaikan. Kadang seseorang dalam menyampaikan kebenaran terasa sangat sulit di tengah masyarakat yang mengingkarinya. Kadang kebenaran yang disampaikan akan mendapatkan penyangkalan dari orang yang senang dengan kebatilan. Karena itulah, hadist di atas harus dibaca sebagai konteks perjuangan dan motivasi berdakwah dari Rasulullah kepada umat Islam. Walaupun kondisi yang sangat sulit seseorang harus tidak putus untuk selalu menyampaikan kebenaran. Kebenaran yang disampaikan tentu akan terasa pahit bagi orang yang mendengarkannya. Namun, pahit bukan berarti kata-kata kasar, makian, apalagi provokasi. Kata pahit tetaplah sebuah seruan untuk menuju kebenaran yang manis. Namun, rasa manis itu akan terasa menjadi pahit bagi mereka yang mengingkarinya. Kebenaran itu tetaplah manis pada hakikatnya. Namun, ketidaktahuan dan pengingkaran akan menyebabkan ia seolah terasa pahit. Karena itulah, sampaikan kebenaran yang manis itu walaupun terdengar pahit. Karena sesungguhnya kebenaran akan tetap menjadi sesuatu yang mulia dan bemanfaat ketika mereka menyadari manisnya kebenaran. Check Also Menunda Haji demi Menolong Tetangga Diketahui setiap tahunnya sejumlah jamaah haji mengurungkan niatnya untuk berangkat ke Tanah Suci dan mereka memilih … Konsep Pertanian dalam Islam Negara Barat banyak membuat pupuk kimia yang akhirnya banyak digemari dan di gunakan oleh para … gaulislam edisi 477/tahun ke-10 12 Rabiul Awwal 1438 H/ 12 Desember 2016 Sori Bro en Sis, judul gaulislam edisi ke-477 ini lebih panjang dari biasanya. Hehehe ibarat naik commuter line, ini berarti yang rangkaiannya ada 10 gerbong, umumnya 8 gerbong. Tetapi yang penting adalah judul tersebut bisa dimengerti dan syukur-syukur bisa dipahami dengan mudah. Ya, buletin kesayangan kamu ini merasa perlu membahas tentang kebenaran dan mengatakannya walau hal itu terasa pahit. Ini penting. Supaya kamu dan kita semua tahu sebuah konsekuensi. Jika hal itu benar, ya katakan benar. Walau akibat dari mengatakan hal itu berujung pada kondisi yang membuat kamu menderita, pedih, perih, dilengkapi dengan pahit—bahkan mungkin selama hidup. Tak apa, itu artinya kamu, dan kita semua, belajar bahwa untuk sebuah keyakinan memang bukan hanya keberanian yang dibutuhkan, tetapi juga pengorbanan. Betul? Setuju? Iya, dan harus! Kebenaran dan kesalahan itu berlawanan, seringkali berada pada pilihan putih-hitam. Putih itu putih, hitam itu hitam. Tak akan bercampur keduanya kecuali yang menginginkannya. Maka, bila kita memilih kebenaran atas suatu hal, maka kita harus mempertahankannya. Katakan juga bahwa hal itu benar adanya. Demikian juga harus mengatakan bahwa yang salah itu salah. Walau konsekuensinya terasa pahit. Dari Abu Dzaar, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan tujuh hal padaku 1 mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, 2 beliau memerintahkan agar melihat pada orang di bawahku dalam hal harta dan janganlah lihat pada orang yang berada di atasku, 3 beliau memerintahkan padaku untuk menyambung tali silaturahim hubungan kerabat walau kerabat tersebut bersikap kasar, 4 beliau memerintahkan padaku agar tidak meminta-minta pada seorang pun, 5 beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit, 6 beliau memerintahkan padaku agar tidak takut terhadap celaan saat berdakwa di jalan Allah, 7 beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa billah” tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah, karena kalimat tersebut termasuk simpanan di bawah Arsy.” HR Ahmad Itu sebabnya, nggak usah takut atau minder untuk menyampaikan atau mengatakan kebenaran Islam ini. Walau dampak yang bakal kita terima membuat kita repot. Kalo sekadar celaan, diemin aja atau tanggapi seperlunya. Nggak usah takut. Kita hidup dalam kondisi zaman yang sebenarnya tidak berbeda jauh dengan di masa lalu dalam timbangan benar dan salah. Hanya fakta kondisi dan modusnya tak sama. Kalo di masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdakwah di Mekkah ada Abu Jahal dan Abu Lahab serta para pengikutnya yang memerangi beliau, maka di zaman ini pun banyak orang kafir dan orang munafik yang melawan Islam dan kaum muslimin. Iya, kan? So, nggak usah heran. Itu artinya, yang terpenting bagi kita adalah menjaga keimanan dan konsistensi dalam perjuangan. Ok? Jangan jadi “abu-abu” Hehehe.. jangan gagal fokus dengan subjudul ini, Bro en Sis. Kalo ngomongin “abu-abu” nanti kamu langsung kepikiran seragam SMA atau SMK putih-abu-abu. Bukan ini. Nggak usah ngomongin seragam ya. Kita ngomongin sikap. Sikap ini penting, terutama yang berkaitan dengan judul gaulislam kali ini, bila benar katakan benar dan bila salah ya katakan salah. Nggak boleh mengatakan, “abu-abu”. Kalo halal ya bilang halal, kalo haram ya katakan haram. Jangan bilang halam gabungan dari yang halal dan yang haram. Waduh, itu sih nggak punya sikap. Bahaya bingitz! Misalnya aja nih yang lagi rame di medsos soal keberpihakan. Ada yang memilih kebenaran, ada yang malah memilih kesalahan. Pada kasus Ahok si penista al-Quran kamu mestinya tahu juga soal ini ya, jangan cuma mahir maen game online, manusia terbagi jadi 4 golongan kalo menurut Ustaz Arifin Ilham, yang di-share di banyak grup WhatsApp. Versi singkatnya Pertama, orang yang beriman. Mukmin sejati, pecinta, pejuang dan pembela al-Quran dengan segara risikonya. Kedua, orang kafir. Ini sudah jelas ya, pendurhaka. Ketiga, orang munafik. Ini yang perlu diwaspadai. Sebab, ngakunya muslim, tapi pendukung orang kafir. Keempat orang yang abu-abu. Ini juga rese. Nggak jelas, pragmatis, diam, cuek, cari selamat, asyik dengan hobi dunianya, ketakutan or menjaga karirnya. Intinya banyak alasan untuk cari selamat. Hadeuh! Sobat gaulislam, itu sebabnya kamu harus menentukan posisi. Sebab, keberpihakan akan menentukan posisi kita ada di mana. Tentu saja, sebagai seorang muslim, keberpihakan kita hanya kepada Islam dan kaum muslimin, Bukan kepada selainnya. Sebab, iman dan kufur jelas. Kalo nggak beriman ya kufur. Di antara keduanya ada yang pura-pura beriman, padahal sejatinya condong kepada kekafiran, itulah orang munafik. Maka sebetulnya, orang yang “abu-abu” ini dihukumi tidak jelas ke mana dia berpihak. Walau demikian, jika mereka yang “abu-abu” ini diam terhadap kemungkaran, diam terhadap kemaksiatan, diam terhadap kesalahan, selain bisa terkategori selemah-lemahnya iman, bisa juga ibarat setan yang bisu. Lho, kok bisa? Iya. Abu Ali ad-Daqqâq rahimahullah wafat 412 H berkata الْمُتَكَلِّمُ بِالْبَاطِلِ شَيْطَانٌ نَاطِقٌ وَالسَّاكِتُ عَنِ الْحَقِّ شَيْطَانٌ أَخْرَسُ “Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara, sedangkan orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu.” Bener Bro en Sis. Orang yang berbicara dengan kebatilan ialah setan yang berbicara, ia bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Sedangkan orang yang diam dari kebenaran ialah setan yang bisu, ia juga bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Seperti seseorang yang bertemu dengan orang fasik, terang-terangan melakukan kemaksiatan di hadapannya, dia berkata lembut, tanpa mengingkarinya, walau di dalam hati. Atau melihat kemungkaran, dan dia mampu mengubahnya, namun dia membisu karena menjaga kehormatan pelakunya, atau orang lain, atau karena tak peduli terhadap agama. Jangan sampe deh kita punya sikap seperti ini. Gunakan lisan dan cara pandang kita untuk kebenaran, bukan kebatilan. Katakan kebenaran walau hal itu pahit. Beneran! Berani ambil risiko Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia saya punya versi software-nya, mendefinisikan risiko sebagai akibat yang kurang menyenangkan merugikan, membahayakan dari suatu perbuatan atau tindakan. Jadi, udah tahu kan sekarang? Sering-seringlah buka kamus ya. Jangan sampe tahu istilahnya tapi nggak ngerti maknanya. Baik, kita lanjut. Risiko dalam menyampaikan kebenaran bisa saja berujung celaan atau makian, bahkan bisa saja nyawa yang melayang. Sungguh, lho. Bukan nakut-nakutin. Maka, hanya mereka yang berpredikat mukmin sejati sajalah yang siap dan berani menanggung risiko apapun atas apa yang disampaikannya dalam dakwah. Syaikh Sayyid Qutbh rahimahullah berkata, “Satu janji itu adalah surga. Inilah yang dijanjikan untuk mereka yang telah berjihad, yang didera duka dan kegetiran, yang berjuang mati-matian di jalan dakwah.” Luar biasa! Sobat gaulislam, itu sebabnya kamu dan kita semua jangan lembek. Sebaliknya harus tetap teguh menyuarakan kebenaran dan menyebarkan dakwah. Ustaz Rahmat Abdullah rahimahullah mengatakan, “Teguh adalah nafas pejuang kebenaran sepanjang zaman. Mereka tidak hanyut di air, tak hangus di api dan tak melayang di udara, tak goyah oleh tumpukan harta, kemilau tahta dan rayuan dunia. Kiprah mereka hanya satu tetap teguh dalam bergerak dan terus bergerak dalam keteguhan.” Tuh, keren bingitz! So, ambillah risiko sebagai orang yang berdiri di barisan terdepan yang berjuang dan membela Islam. Menjadi bagian yang tak pernah menyerah dalam dakwah. Ada nasihat dari Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani untuk para pengemban dakwah yang perlu kita ingat baik-baik, “Ketahuilah dan pahamilah, bahwa pengemban dakwah tidak akan mampu memikul tanggung jawab dan kewajiban-kewajibannya tanpa menanamkan pada dirinya cita-cita untuk mengarah kepada jalan kesempurnaan, selalu mengkaji dan mencari kebenaran.” Mengambil posisi untuk membela Islam pasti akan berhadap dengan orang yang terang-terangan melawan Islam, juga harus siap melawan musuh dalam selimut, yakni dari kalangan munafik. Benar katakan benar, walau hal itu kemudian membuat kehidupan kita terasa pahit. Pilihan hidup memang demikian, apalagi kita menggenggam keimanan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Sobat gaulislam, sebagai pemuda muslim, kokohkan akidah kita, tentukan sikap keberpihakan kita pada Islam. Sebab, hari-hari ke depan akan lebih banyak ujian dalam kehidupan kita. Si penista al-Quran tak juga dihukum–faktanya banyak orang, terutama pejabat berwenang–malah bungkam walau sudah jelas kesalahannya dan dijadikan tersangka, tuduhan makar, tuduhan pemecahbelah bangsa, terorisme yang selalu ditujukan pada Islam dan kaum muslimin meski hal itu tak banyak bukti, dan banyak hal lain yang membuat kita harus waspada dan bersabar atas ujian ini dan senantiasa berharap pertolongan Allah Ta’ala untuk menghadapi hari-hari ke depan agar kita tetap istiqomah di jalan dakwah dan tetap bersama Islam hingga akhir hayat. Cukuplah firman Allah Ta’ala ini sebagai penyemangat dan mengokohkan keimaman kita, Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” QS Fushshilat [41] 30 Yuk ah, mulai sadar diri, senantiasa kita kokohkan keimanan, perbaiki niat, tetap bersabar dan teruslah berjuang untuk tetap mengatakan kebenaran walau hal itu terasa pahit-getir. [O. Solihin Twitter osolihin] Continue Reading

katakan kebenaran sekalipun itu pahit